Kisah Legenda Putroe Neng Diangkat dalam Lhokseumawe Art Festival
Lhokseumawe | Acehcorner.com
- Kisah legenda Putroe Neng diangkat sebagai tema utama dalam Lhokseumawe Art
Festival yang berlangsung Ahad (14/11/2021) pukul 19.30 di Hotel Lido Graha
Lhokseumawe, Aceh. Festival ini menggabungkan seni peran, musik, tari, rapai,
tari tradisional, serta seni islami.
Lhokseumawe Art Festival menggabungkan berbagai jenis seni
dengan mengangkat kisah “Jejak Putroe Neng” yang ditulis Ayi Jufridar dan Abu
Rahmat. Naskah drama tersebut merupakan adaptasi dari novel Putroe Neng yang
ditulis Ayi Jufridar. “Namun, berbeda dengan naskah asli, terdapat banyak
penyesuaian naskah Jejak Putroe Neng sesuai tuntutan panggung,” ujar Ayi Jufridar
yang didampingi Abu Rahmat.
Menurut sutradara Harry Koko Priutama, Jejak Putroe Neng
mengisahkan perjalanan putri China tersebut ketika hendak menguasai beberapa
kerajaan di Sumatra, termasuk Aceh yang di masa itu terdiri dari beberapa
kerajaan kecil. “Kami juga memasukkan jejak rempah dalam beberapa bagian meski
berbeda masa. Tujuannya sekaligus mengkampanyekan jalur rempah dalam perjalanan
Laksamana Nian Nio Lhiang Khie yang lebih dikenal sebagai Putroe Neng,” jelas Koko yang juga mantan pegiat UKM Seni Budaya
Universitas Malikussaleh.
Koko mengakui, tidak mudah menggabungkan semua seni tersebut
dalam sebuah pementasan dengan durasi terbatas dan persiapan yang terbilang
singkat. Namun, para pegiat seni di Lhokseumawe sepakat menggelar Lhokseumawe
Art Festival dalam sebuah pementasan yang mensinergikan berbagai seni dalam
satu kesatuan yang utuh, menarik, serta
artistik dengan pesan yang kuat. “Lhokseumawe Art Festival menjadi momentum
mengaktifkan kembali kegiatan seni di Lhokseumawe setelah pandemi Covid-19,”
pungkas Koko yang juga menangani seni peran di Dewan Kesenian Aceh (DKA) Kota
Lhokseumawe.
Untuk seni tari, Lhokseumawe Art Festival ditangani Raisa
Agustina, sedangkan penata musik oleh Aris Munandar, rapai oleh Hidayatul
Qarimah, serta seudati oleh Muhammad Gani. Beberapa pemeran dalam festival
tersebut antara lain Rozalia (Putroe Neng), M Fauzan (Sultan Meurah Johan),
Fajar Maulana (Syekh Syiah Hudam), serta Aulia Al A Rahman (Kun Khie).
Pementasan tersebut sedikitnya melibatkan sekitar 69 personel termasuk untuk
bagian properti.
Ketua DKA Lhokseumawe, Muhammad Nur, mengharapkan
Lhokseumawe Art Festival bisa digelar secara rutin dengan format lebih kreatif
dan persiapan yang lebih panjang. “Ke depan, even ini diharapkan bisa mendukung
kegiatan wisata islami di Bumi Pase sekaligus mendukung penetapan Jalur Rempah
di Aceh sebagai warisan budaya dunia,” ujarnya. (Ril)
0 Komentar