Fahri Hamzah Jadi Pembicara Diskusi Lintas Pemuda Kota Lhokseumawe
Lhokseumawe | Acehcorner.com - Mantan Wakil Ketua DPR
RI Fahri Hamzah menjadi pembicara dalam kegiatan diskusi lintas pemuda kota
Lhokseumawe pada minggu (24/10/2021). Diskusi tersebut diselenggarakan oleh
Partai GELORA Lhokseumawe dalam rangka Milad ke-2 partai dan menyambut
peringatan sumpah pemuda.
Diskusi yang
mengangkat tema “menakar arah dan kontribusi pemuda menuju kekuatan lima besar
dunia” tersebut dihadiri oleh organisasi kepemudaan se-kota Lhokseumawe. Fahri
Hamzah menjadi pembicara daring melalui zoom meeting bersama dengan Azhari T.
Ahmadi dari Partai Aceh, Teuku Kemal Fasya dari Universitas Malikussaleh,
Lailan Fajri dari Tanda Seru Indonesia dan M. Agam Khalilullah dari unsur KNPI
Lhokseumawe. Ketua Partai Gelora
Lhokseumawe,
Khalid Ashim menyampaikan tujuan diskusi kepemudaan sebagai pemantik diskusi
selanjutnya. “Kita berusaha merangkul semua elemen kepemudaan, karena narasi
perubahan hanya bisa dilakukan bila kaum muda solid dan kompak”, ujar mantan
Presma Unsyiah tersebut. Anggota DPRK
Lhokseumawe Azhari T. Ahmadi yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut mengharapkan
agar organisasi kepemudaan dapat bersinergi sebagai mitra pemerintah. “Peranan
pemuda sangat dibutuhkan dalam memberi masukan terkait persoalan sosial dan
ekonomi, berikan masukan konstruktif sehingga sinergi dengan Pemko dalam
pembangunan” ungkapnya. Sementara itu
sosiolog Universitas Malikussaleh Teuku Kemal Fasya membahas konsitensi kaum
muda dalam menularkan semangat perubahan selaku agent of change. “Generasi
milenial bisa memanfaatkan sosial media untuk menyebarkan semangat perubahan,
kaum muda juga punya potensi suara dalam pemilu, partai politik mulai melirik
kalangan muda sebagai pemilih pemula yang potensial” jelasnya. Pembicara utama Fahri
Hamzah memaparkan empat unsur yang harus dimiliki pemuda yaitu narasi, jaringan
kerja, kepemimpinan dan inisiatif. Lebih lanjut ia menguraikan siklus perubahan
dua puluh tahunan di Indonesia dimana setiap dua dasawarsa terjadi perubahan
model kepemimpinan. “Kita telah melalui
siklus dua puluh tahun paska reformasi, harapan perubahan ada ditangan pemuda,
kaum milenial jangan alergi dengan politik karena politik adalah saluran
konstitusional melakukan perubahan” urainya. Salah satu peserta
diskusi dari BKPRMI Lhokseumawe, Taufiq Mahmud yang mendapat kesempatan
berinteraksi dengan Fahri Hamzah menyampaikan harapannya agar kegiatan diskusi
seperti ini terus berlanjut. Menurutnya kegiatan diskusi lintas pemuda harus
mampu melahirkan rekomendasi bagi pemerintah. “Diskusi adalah bagian dari
budaya literasi, perubahan selalu diawali dengan narasi kaum muda, tapi jangan
berhenti disitu, harus ada aksi nyata, bukan hanya bicara cita-cita tanpa kerja
nyata” harap akademisi IAIN Lhokseumawe itu. Sementara itu,
praktisi SDM Lailan Fajri lebih menitikberatkan pada pengembangan soft-skill.
Berdasarkan data BPS, persentasi kaum milenial lebih dari 26%. Potensi ini
harus disadari oleh kaum milenial karena daya ungkitnya yang tinggi. Bonus
demografi harus mampu dimanfaatkan untuk melejitkan potensi, pemuda bisa
menggarap bidang wirausaha maupun politik. “Potensi ini harus
disadari kaum milenial, perubahan butuh pemuda yang partisipatif dan mau serta
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, saat ini kita tidak lagi
berbicara lokal saja, dengan perkembangan teknologi pemuda harus membuka diri
karena status kita sekarang adalah warga dunia” pungkasnya. (Amrizal Abe)
|
0 Komentar