RI Dapat Nilai Terburuk Ketahanan Pandemi COVID-19 Sedunia
Ilustrasi virus Covid-19 |
Jakarta |
Acehcorner.com - Pandemi COVID-19 belum juga usai meski beberapa negara
sudah melakukan vaksinasi di atas 50 persen. Lonjakan kasus COVID-19 di
sejumlah negara yang sempat berhasil menekan penularan, kini kembali terjadi,
menghadapi bahaya COVID-19 varian Delta.
Amerika Serikat misalnya, kasus Corona kembali melonjak di
Juli, membuat beberapa wilayah kembali memperketat pembatasan. Kabar baiknya,
kasus kematian COVID-19 jauh lebih rendah daripada gelombang Corona sebelumnya.
Sementara beberapa negara Eropa sudah mulai melonggarkan
pembatasan, memberi 'sinyal kuat' segera kembali ke kehidupan normal. Bloomberg
merilis hasil analisis daftar negara dengan ketahanan COVID-19 terbaik dan
terburuk periode Juli 2021.
Baca juga: 24.836 Kasus Baru Hari Ini, Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Corona di Indonesia
Di peringkat pertama, ada Norwegia. Penilaian tersebut berdasarkan
vaksinasi Corona Norwegia tinggi, hampir mencakup setengah dari populasi.
Disusul angka kematian COVID-19 yang rendah, dan pembatasan Corona ikut
dicabut.
Sementara posisi kedua ditempati Swiss, dan Selandia Baru di
posisi ketiga. Keduanya dinilai memiliki data transparan COVID-19, kualitas
layanan kesehatan yang baik hingga angka kematian Corona berhasil ditekan.
Sayangnya, Indonesia dinilai Bloomberg menjadi negara
terburuk ketahanan COVID-19. Mereka menyoroti lebih dari 1.300 orang yang wafat
setiap harinya karena Corona, sementara cakupan vaksinasi masih rendah sekitar
11,9 persen.
"Ini adalah kebingungan yang dihadapi oleh
tempat-tempat berperingkat rendah lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan
Bangladesh, memperkuat kesenjangan kaya-miskin dalam seperti apa yang disebut
kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus, disebut sebagai
'kegagalan moral bencana' dalam akses vaksin," demikian laporan Bloomberg
Rabu (28/7/2021).
Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky
Budiman baru-baru ini juga menilai krisis COVID-19 di Indonesia akan bertahan
lebih lama dengan COVID-19 varian Delta yang terus mendominasi. Akibatnya,
Indonesia dinilai menjadi salah satu negara terakhir yang keluar dari krisis
pandemi Corona.
Hal tersebut menurutnya juga didorong kebijakan atau
strategi pengendalian COVID-19 di awal wabah yang dinilai lamban lantaran tidak
kunjung memprioritaskan persoalan kesehatan.
"Fokus kita di awal itu ketika kita bisa memilih antara
ekonomi, kesehatan, dan politik, kita nggak milih kesehatan, kita milihnya
bareng-bareng semua, itu saat itu padahal kita masih punya pilihan," jelas
dia saat dikonfirmasi detikcom Kamis (29/7/2021).
Sementara Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi tidak
mau banyak komentar terkait penilaian yang dilontarkan. Ia memastikan
pemerintah masih akan mengupayakan sejumlah strategi dalam penanganan pandemi
COVID-19 termasuk percepatan vaksinasi.
"Kita lihat saja nanti perkembangan penangananpandemi
kita ya. Masih banyak yang bisa kita lakukan," tutur dr Nadia saat
dihubungi terpisah, Kamis (29/7/2021). (detikcom)
0 Komentar